Berpuasa di Bulan Ramadlan itu karena melihat Hilal

Putra SEO :: Berpuasa di Bulan Ramadlan itu karena melihat Hilal
Kalau membicarakan Permulaan dan Akhir Bulan Ramadlan di Indonesia itu setiap tahun pasti selalu ramai, dan juga biasanya tidak kompak. yang sering berbeda ialah antara Nahdlatul Ulama' (NU) dengan Muhammadiyah. Lalu bagaimana sih dalilnya pembahasan ini?
Kalau langsung melihat hadits, ini saya mempunyai beberapa hadits yang menjadi pegangan buat penentuan Bulan Ramadlan:

Dari Abu Hurairah Radliallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ 

Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari. (HR. Bukhari No. 1909)
Dari Ibnu Umar Radliallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَصُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ 

Maka berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, lalu jika kalian terhalang maka ditakarlahlah sampai tiga puluh hari. (HR. Muslim No. 1080, 4)

 إِنَّمَا الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ 

Sesungguhnya sebulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya (hilal), dan janganlah kalian berhari raya sampai kalian melihatnya, jika kalian terhalang maka takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia. (HR. Muslim No. 1080, 3).

Kalau yang dilakukan NU biasanya mengikuti hadits di atas. NU biasanya memulai Puasa Bulan Ramadlan apabila sudah melihat Hilal, dan mengakhiri Bulan Puasa Ramadlan apabila sudah melihat Hilal.

Konsep yang agak sulit sebenarnya ialah metode yang mendifinisikan wujudul hilal, karena masih pakai persen, seperti 0,1 dan sebagainya. dalam hal ini tidak cukup hanya belajar dari mulut kemulut atau dengan membaca kitab dan buku saja. karena membutuhkan pempraktekkan. dan sebagian daerah dan sebagian pondok pesantren sudah mengajarkan mengenai hal ini.

Posting Komentar